Berita & Topik

Negeri Rutong, Berdansa Tali, Menikmati Papeda, Menyesap Tomi-tomi, Bersama Morea

rutong.id-Masih ingat dengan pelajaran Sekolah Dasar mengenai makanan pokok yang beragam di negeri Indonesia? Dahulu, sebagai anak kecil mungkin tidak terbayang bagaimana saudara-saudara kita di timur, khususnya Maluku dan Papua mengkonsumsi sagu sebagai makanan pokoknya. Selang berbelas tahun, barulah kita paham, nyatanya sagu tidak serta merta dimakan melainkan diolah menjadi Papeda. Penganan semacam bubur namun bertekstur lebih kental dan lengket. Papeda umumnya tidak berasa dan disantap dengan sayur ikan kuah kuning sebagai penambah rasa. Konon karena tanpa rasa, Papeda diklaim lebih sehat bagi para penderita diabetes dibanding nasi yang memiliki kadar gula di dalamnya.
Menurut sejarah, ada satu wilayah yang memiliki pohon sagu terbanyak di Ambon. Adalah Negeri Rutong, sebuah desa yang tertata rapi terletak di Kawasan Teluk Ambon, berjarak sekitar 30-45 menit dari Kota Ambon. Negeri Rutong atau Rutui yang berarti kumpulan batu dipimpin oleh seorang Raja yang menjabat saat ini adalah Raja Reza Valdo Maspaitella.
Nenek moyang pertama MATUWARUHU datang dari Rumahkay, Maluku Tengah ke Negeri Rutong di abad ke-9 atau di tahun 800-an dengan membawa pohon mangrove dan pohon sagu, yang kemudian ditanam dan hingga saat ini tumbuh subur di Negeri Rutong. Pohon sagu yang ditanam dari ratusan tahun lalu oleh moyang-moyang kemudian dilestarikan dengan tradisi Panas Gandong, ritual adat untuk menghangatkan kembali relasi mereka sebagai “Orang Basudara/barsaudara” yang telah dilaksanakan sejak tahun 1939 antara Negeri Rutong dan Negeri Rumahkay. Salah satu kegiatannya adalah penanaman pohon sagu yang dibawa oleh Gandong Kakak (Negeri Rumah Kay) ke Gandong Adik (Negeri Rutong). Karena ritual dan tradisi ini muncullah potensi ekowisata berbasis adat.
Tak heran jika melihat hutan sagu di Negeri Rutong tumbuh sangat besar dan subur karena sudah ditanam sejak berabad-abad lalu. Pengunjung bisa meninjau langsung ke dalam hutan melewati jalan setapak yang terbuat dari potongan batang sagu yang disusun rapi sehingga tetap selaras dengan alam sekitar. Tak perlu khawatir kotor menembus tanah berlumpur, di Negeri Rutong telah dipikirkan kenyamanan untuk tamu yang berkunjung.
Kita juga bisa melihat proses pemangkuran pohon sagu hingga pengolahannya menjadi tepung sagu. Semua dikerjakan secara tradisional. Menurut Bapak David, mantan pemangkur sagu yang kini sudah pensiun namun berhasil mengantarkan anak-anaknya menjadi sarjana dari hasilnya memangkur sagu, butuh waktu 1 hari penuh untuk mengeruk batang pohon sagu. Bapak David juga unjuk kebolehan bagaimana mahirnya beliau membedakan jenis-jenis pohon sagu. Karena menurut beliau, berbeda jenis pohonnya, sagu yang dihasilkan juga berbeda. Tak hanya itu, daun pohon sagu yang berbeda, akan dibuat menjadi barang berbeda pula. Ada yang daunnya hanya bisa dijadikan saringan saat mencuci sagu. Atau ada yang bisa dianyam menjadi tas untuk membawa sagu. Itupun dibedakan lagi untuk membawa sagu kering atau sagu basah. Alat pemangkur sagu pun terbuat dari batang pohon sagu. Jadi 1 pohon sagu ini, benar-benar berdaya guna tinggi mulai dari batang hingga daunnya.

Selain terkenal dengan sagunya, Negeri Rutong menyimpan banyak keunikan wisata mulai budaya, sejarah dan alamnya. Pengunjung bisa menyaksikan tari-tarian di Negeri Rutong seperti Dansa Tali. Tarian asli Negeri Rutong yang di ciptakan pada tahun 1934 oleh Marthen Thenu dan Benjamin Talahatu. Tarian Dansa Tali terdiri dari delapan utas tali dan penari terdiri dari delapan pasang penari laki-laki dan perempuan. Delapan utas tali melambangkan delapan marga yang berdiam di Negeri Rutong pada saat itu. Kedelapan tali di bungkus dengan kain berwarna merah dan putih yang melambangkan Negara Indonesia. Busana yang dipakai penari juga berwarna merah dan putih. Tarian ini telah dinobatkan sebagai warisan budaya tak benda Indonesia oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Filosofi dari tarian ini adalah Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.
Untuk keindahan alamnya, Negeri Rutong yang terletak di pesisir pantai memiliki pantai-pantai unik dengan mangrove sebagai pagarnya. Bawah lautnya pun tak kalah indah dengan ratusan jenis ikan hias warna warni. Bahkan ada Morea atau belut yang hidup berdampingan di pemukiman warga Negeri Rutong. Hasil alam Negeri Rutong juga luar biasa melimpah mulai dari Pala, Cengkih hingga buah Durian, Nanas dan Tomi-tomi. Buah yang hanya tumbuh di Negeri Rutong dan diolah menjadi juice segar dengan rasa asam manis. Jika ingin menghangatkan badan, Wine Tomi-tomi bisa menjadi pilihan. Juice Tomi-tomi difermentasi dan dicampur dengan sedikit Sopi. Nikmat luar biasa!
Dengan potensi yang luar biasa, Negeri Rutong berhasil menduduki peringkat 10 besar di dua kategori Anugerah Pesona Indonesia (API Award) 2022. Sagu Negeri Rutong dalam kategori Ekowisata serta Hatu Rutui dalam kategori Kampung Adat.
(Ditulis oleh : Angleonard Anthony. Saat berkunjung ke Negeri Rutong Agustus 2022)